Letak dan Luas
Kawasan TNBBS meliputi areal seluas ± 355.511 ha yang membentang dari ujung selatan bagian Barat Propinsi Lampung sampai dengan Selatan Propinsi Bengkulu yang secara geografis terletak pada 4o29’ – 5o57’LS dan 103o24’ – 104o44’BT.
Menurut administrasi pemerintahan, kawasan TNBBS termasuk dalam wilayah 2 (dua) Propinsi yaitu Propinsi Lampung yang meliputi 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten Tanggamus seluas ± 10.500 ha, serta Kabupaten Lampung Barat dan Pesisir Barat seluas ± 280.300 ha, dan Propinsi Bengkulu hanya meliputi Kabupaten Kaur seluas ± 64.711 ha. Batas Kawasan TNBBS :
· Sebelah Utara : Kab. Kaur
· Sebelah Timur : Kab. Lampung Barat
· Sebelah Selatan : Selat Sunda
· Sebelah Barat : Samudera Hindia
Tipe Ekosistem
Kawasan konservasi tersebut memiliki bentang alam lengkap mulai dari ketinggian 0 m dpl sampai dengan 1.964 m dpl. Ekosistem alami yang membentang di kawasan TNBBS mewakili tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, hutan pamah tropika sampai hutan pegunungan di Sumatera. Kawasan TNBBS merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah terluas yang tersisa di Sumatera dan memiliki beberapa tipe ekosistem yang lengkap dan tidak terputus meliputi ekosistem kelautan dan ekosistem terestrial, yaitu hutan pantai (1%), hutan hujan dataran rendah (45%), hutan hujan bukit (34%), hutan hujan pegunungan bawah (17%), hutan hujan pegunungan tinggi (3%), ekosistem mangrove, ekosistem rawa, dan estuaria. Tutupan hutan yang demikian, menjadikan TNBBS sebagai habitat dari jenis-jenis flora yang sangat beraneka ragam dan menakjubkan termasuk habitat terbaik bagi beragam jenis fauna.
Flora
TNBBS merupakan habitat bagi jenis-jenis flora yang menakjubkan. Selain terdapat Raflesia sebagai bunga langka terbesar di dunia, juga terdapat Amorphophallus sebagai bunga tertinggi di dunia. Jenis-jenis flora lainnya mencapai 514 jenis pohon dan tumbuhan bawah, 126 jenis anggrek, 26 jenis rotan, dan 25 jenis bambu.
Fauna
TNBBS memiliki nilai penting bagi perlindungan beberapa mamalia besar. Terdapat sedikitnya 122 jenis mamalia termasuk enam spesies terancam punah menurut Red Data Book IUCN seperti Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Tapir (Tapirus indicus), Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Beruang madu (Helarcto malayanus), dan ajag (Cuon alpinus); 123 jenis herpetofauna (reptil dan amphibia termasuk penyu); 53 jenis ikan; 221 serangga dan 450 jenis burung termasuk 9 jenis rangkong. TNBBS menjadi Daerah Penting Bagi Burung (DPB), dengan kriteria A1. Burung Terancam Punah dan A2. Burung Sebaran Terbatas. TNBBS juga menjadi salah satu landscape prioritas pelestarian habitat Harimau sumatera.
Iklim
Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (1973), berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan, kawasan TNBBS dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu bagian barat taman nasional dengan curah hujan cukup tinggi yaitu berkisar antara 3000-3500 mm per tahun dan bagian timur taman nasional berkisar antara 2500-3000 mm per tahun. Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh rantai pegunungan Bukit Barisan Selatan sehingga kawasan bagian timur lebih kering.
Berdasarkan klasifikasi Scmidt dan Ferguson, bagian barat kawasan TNBBS termasuk dalam tipe ilkim A sedangkan di bagian timur termasuk dalam tipe ilkim B. Menurut Koppen, kawasan TNBBS termasuk dalam tipe iklim A.
Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai Mei. Musim kemarau dari bulan Juni sampai Agustus. Bulan-bulan agak kering adalah September – Oktober. Jumlah hari hujan di musim penghujan rata-rata tiap bulannya 10 – 16 hari dan dimusim kemarau 4 – 8 hari. Keadaan angin musim hujan lebih besar dari musim kemarau.
Menurut Peta Geologi Sumatera yang disusun oleh Lembaga penelitian Tanah (1966), kawasan TNBBS terdiri dari batuan endapan (Miosin Bawah, Neogen, Paleosik Tua, Aluvium). Batuan Vulaknik (Recent, Kuatener Tua, Andesit Tua, Basa Intermediet) dan Batuan Plutonik (Batuan Asam) dimana yang tersebar paling luas adalah batuan Vulkanik yang dijumpai di bagian tengah dan utara taman nasional. Kawasan TNBBS berdasarkan Peta Lerang dan Kemampuan Tanah Propinsi Lampung, berada pada Zona Sesar Semangka yang rawan gempa, tanah longsor, banjir dan peka terhadap erosi. Terbentuk dari depresi tektonik yang ditutupi oleh sediment-sedimen dari celah vulkanik (ficuves eruption) yang menutupi wilayah Bukit Barisan pada zaman kuarter. Patahan aktif akan terus bergerak sehingga menimbulkan kerusakan di dalam dan di atas permukaan tanah. Pada siklus waktu, pergeseran ini akan menimbulkan gempa dengan kekuatan yang cukup besar, gempa bumi besar terjadi pada tahun 1933 yang diakibatkan oleh meletusnya Gunung Ratu dan membentuk gunung baru yaitu Gunung Loreng di dalam kawasan TNBBS. Kemudian pada tahun 1994 kembali terjadi gempa bumi besar (terkenal disebut gempa “Liwa”) berskala 6,9 Scala Richter yang mengakibatkan sebagian Gunung Loreng tenggelam.
Tanah
Berdasarkan Peta Tanah yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1976, tanah di kawasan TNBBS terdiri dari 6 jenis tanah yaitu Aluvial, Rensina, Latosol, Podsolik Merah Kuning dan 2 jenis Andosol yang berbeda di dalam bahan induknya, dimana yang paling labil dan rawan erosi, sangat asam dan kurang sesuai untuk mengembangkan pertanian karena kombinasi asam dan lereng yang terjal dengan potensi tererosi tinggi.
Topografi
Kawasan TNBBS terletak di ujung selatan dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang membujur sepanjang Pulau Sumatera, sehingga memiliki topografi yang cukup bervariasi yaitu mulai datar, landai, bergelombang, berbukit-bukit curam dan bergunung-gunung dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.964 m dpl. Lereng timurnya cukup curam sedangkan lereng barat kearah Samudera Hindia agar landai. Daerah berdataran rendah (0 – 600 mdpl) dan berbukit (600 – 1000 mdpl) terletak di bagian selatan taman nasional sementara daerah pegunungan (1000 – 2000 mdpl) terletak di bagiantengah dan utara taman nasional.
Puncak tertinggi adalah Gunung Palung (1.964 mdpl) yang terletak di sebelah Barat Danau Ranau, Lampung Barat. Gunung-gunung lain yang memiliki ketinggian > 1.500 mdpl adalah G. Sekincau (1.738 m) dan G. Balirang (1.703 m), di bagian Barat taman nasional. Bukit Gedang (1.627 m) dan Bukit Pandan (1.678 m) di perbatasan Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu serta Bukit Napalan (1.526 m) di bagian utara taman nasional termasuk dalam wilayah Kabupaten Kaur.
Keadaan lapangan bagian utara bergelombang sampai berbukit-bukit dengan kemiringan bervariasi antara 20 – 80%. Bagian selatan merupakan daerah yang datar dengan beberapa bukit yang agak tinggi dan landai dimana makin selatan makin datar dengan kemiringan berkisar antara 3 – 5%. Lereng dan arah sisi timur taman nasional tergolong terjal (20 – 45%) sedangkan arah barat lebih landai.
Hidrologi
Kawasan TNBBS merupakan bagian hulu dari sungai-sungai yang akan mengalir ke daerah pemukiman dan pertanian di daerah hilir sehingga berperan sangat penting sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan melindungi sistem tata air.
Sebagian besar dari sungai-sungai yang ada mengalir ke arah barat daya dan bermuara di Samudera Indonesia sementara sebagian lagi bermuara ke Teluk Semangka. Sungai-sungai yang mengalir di bagian Utara taman nasional terdiri dari Air Nasal Kiri, Air Sambat, Air Nasal Kanan, Way Menula, Way Simpang dan Way Laai. Sungai-sungai yang mengalir di bagian tengah taman nasional terdiri dari Way Tenumbang, Way Biha, Way Marang, Way Ngambur Bunuk, Way Tembuli, Way Ngaras, Way Pintau, Way Pemerihan, Way Semong, dan Way Semangka. Sementara di bagian Selatan taman nasional mengalir Way Canguk, Way Sanga, Way Menanga Kiri, Way Menanga Kanan, Way Paya, Way Kejadian, Way Sulaeman dan Way Blambangan.
Di bagian ujung Selatan taman nasional terdapat danau yang dipisahkan hanya oleh pasir pantai selebar puluhan meter yaitu Danau Menjukut (150 ha). Di bagian tengah yaitu di daerah Suoh terdapat 4 (empat) buah danau yang letaknya berdekatan yaitu Danau Asam (160 ha), Danau Lebar (60 ha), Danau Minyak (10 ha), dan Danau Belibis (3 ha). Sementara bagian Tenggara, Selatan dan Barat taman nasional dikelilingi oleh lautan yaitu perairan Teluk Semangka, Tanjung Cina dan Samudera Indonesia.
Aksesibilitas
Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan darat dengan rute :
Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan laut dengan rute
Menuju keseluruhan akses jalan darat mengitari TNBBS, terdapat beberapa ruas jalan tembus memotong kawasan TNBBS masing-masing