Berdasarkan Red Book Data IUCN, Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) termasuk dalam kategori critically endangered (kritis atau genting) dan termasuk dalam Appendix I CITES, artinya tidak boleh diperdagangkan. Keberadaan populasi Badak sumatera saat ini tinggal tersisa pada kawasan - kawasan konservasi dan salah satu habitat penting Badak sumatera di Indonesia adalah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang memiliki luas kurang lebih 355.511 ha.
Peneliti Pusparini, W dan Wibisono,HT (2013) melalui pendekatan Patch occupancy dengan judul “Landscape-level assessment of the distribution of the Sumatran rhinoceros in Bukit Barisan Selatan National Park, Sumate ra” menyebutkan bahwa Badak sumatera menduduki 32 % kawasan TNBBS (SE = 0.09). Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa distribusi Badak sumatera di TNBBS terkonsentrasi di bagian tengah kawasan dan terpencil menjadi 3 kelompok yakni didaerah Sukaraja, Way Ngaras dan Kubu Perahu.
Gambar 2. Peta Sebaran Badak yang berada dalam Areal IPZ dari Survey Mitra TNBBS.
Penelitian menyebutkan bahwa perkiraan jumlah populasi Badak sumatera di TNBBS berdasarkan pendugaan dari temuan jejak maupun tanda-tanda keberadaan berkisar pada angka 60 – 70 individu (Rubianto and Suratman 2008; Talukdar et al. 2010) meskipun demikian hasil analisa menunjukkan bahwa populasi Badak sumatera di TNBBS mungkin “ belum sehat” sebagaimana yang dipercaya selama ini (dengan jumlah populasi 60 – 70 individu). Terlepas dari hasil analisa, populasi Badak sumatera di TNBBS dianggap mengalami perkembangbiakan yang baik mengingat data kematian maupun perburuan Badak sumatera tidak diketemukan sejak 12 tahun terakhir. Disamping itu, perkembangbiakan yang baik ditunjukan dari ditemukannya sekitar 6 (enam) ekor anak badak pada Tahun 2011, 3-4 ekor anak badak pada tahun 2012 dan sekitar 7 ekor anak badak pada tahun 2013 oleh Tim Survey / Patroli TNBBS dan YABI.
Keberadaan badak sumatera di TNBBS mengalami ancaman akibat utamanya adalah perubahan fungsi kawasan TNBBS menjadi areal perkebunan (perambahan), Keberadaan jalan tembus, illegal logging dan masih ditemukannya tanda-tanda perburuan turut mengancam kelestarian badak sumatera di TNBBS. Berdasarkan hasil patroli POLHUT Balai Besar TNBBS dan mitra kerja RPU-YABI, pada tahun 2011, ditemukan jerat badak meskipun tidak aktif (jerat lama), 3 temuan kegiatan illegal logging. Namun pada tahun 2012, hasil patroli tidak menemukan adanya jerat badak.
Penelitian Pusparini, W (2006) menyebutkan bahwa berdasarkan kamera penjebak terjadi perubahan keterdapatan badak sumatera di TNBBS berdasarkan ketinggian dari 200-300 m dpl di tahun 1999-2004 ke 300-400 m dpl pada tahun 2005. Adanya perubahan keterdapatan Badak sumatera di TNBBS dimungkinkan merupakan respon perilaku badak sumatera terhadap tingginya tekanan antropogenis. Tekanan antropogenis saat ini lebih dikarenakan kehadiran manusia di dalam kawasan.
Berdasarkan hasil pemasangan kamera trap untuk memantau aktivitas illegal di TNBBS, diketahui bahwa selama satu bulan paling tidak 1 – 3 kali manusia masuk dalam kawasan dengan jumlah manusia yang masuk sekitar 1 – 6 orang.
Dalam rangka menjaga kelestarian populasi Badak sumatera di TNBBS dari ancaman penurunan kualitas habitat maupun tekanan antropogenis maka sebagaimana hasil Sumatran Rhino Crisis Summit yang dilakukan pada April 2013 di Singapura akan dibangun suatu upaya yang serius menyelamatkan Badak sumatera melalui perlindungan secara penuh dengan skema Intensif Protection Zone (IPZ). Dalam rangka mendukung skema tersebut maka diperlukan langkah nyata berupa dukungan data yang lengkap maupun terus meningkatkan upaya-upaya perlindungan yang selama ini telah dilakukan melalui kegiatan Monitoring Data Intensif Protection Zone Badak Sumatera.
Perkembangan terkini untuk isu Badak sumatera bisa kita simak dari jalannya acara Diskusi Pakar Konservasi Badak sumatera di Hotel Aston Priority Kebagusan Jakarta Selatan pada tanggal 19 Agustus 2016 lalu yang dimediasi oleh Yayasan Kehati” Tropical Forest Conservation Action For Sumatera” (TFCA Sumatera) yang dihadiri para pemerhati dan konservasionis Badak sumatera dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Akademisi dan TFCA Sumatera sendiri.
Mereview apa yang dipaparkan Dr.drh. Muhammad Agil dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor dilihat dari kondisi yang ada selama ini diantaranya :
· Populasi badak Sumatra menurun drastis dari tahun 1984-2015, + 90% jumlah populasi badak Sumatra berkurang selama 40 th
§ Penyebaran badak Sumatra pada th 1984 terdapat di 5 kantong habitat badak Sumatra, saat ini tersisa tinggal di 3 kantong (KEL, TNBBS & TNWK), populasi di 2 kantong (Kerinci Seblat dan Riau) telah punah antara 1993-2013
§ Jumlah individu Populasi di setiap kawasan habitat sangat kecil (2-10 ekor) dan terpisah tanpa adanya akses untuk transfer new blood (genetic exchange) antar sub populasi
Menurut pendapat beliau harus ada revolusi dalam program konservasi badak Sumatra di Indonesia yang fokus pada capaian yang menjadi gol konservasi badak Sumatra adalah berhasilnya badak Sumatra menghasilkan anak-anak badak.
Proteksi, monitoring dan penyelamatan populasi dan habitat penting untuk konservasi badak Sumatra, namun
Program konservasi badak Sumatra dengan populasi kecil harus menggunakan assessment saintifik untuk:
§ Menentukan jumlah populasi viable badak yang tepat
§ Menentukan status reproduksi dan kejadian patologi organ reproduksi
§ Menentukan indeks in-breeding dan variasi genetik (heterosis) dalam populasi
Masih menurut DR. Drh Muhammad Agil (IPB) Program Prioritas Konservasi Badak Sumatra diharapkan bias memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Temukan badak dan lokasinya untuk penyelamatan
2. Melakukan penangkapan badak di kantong habitat badak dengan populasi < 15 ekor
3. Melakukan evaluasi status reproduksi dan patologi organ reproduksi badak yang tertangkap
4. Melakukan evaluasi genetik individu badak
5. Membangun IPZ untuk konsolidasi populasi badak minimal 20-30 ekor viable individu (betina dewasa potensial reproduksi dan genetik beragam)
6. Membangun IMZ untuk 15 ekor potensi reproduksi dan genetik beragam
7. Membangun Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) untuk badak yang patologis dan potensial reproduksi
8. Aplikasi Advance Reproductive Technology
9. Proteksi penuh spesies dan habitat di IPZ/IMZ/SRS
10. Diseases surveillance di daerah konservasi badak Sumatra
Gambar 2. Pemaparan DR.Drh. Muhammad Agil dari IPB dalam Diskusi pakar Konservasi badak sumatera di Hotel Aston Priority Kebagusan Jakarta Selatan
Berkaca dari sejarah punahnya badak sumatera di Malaysia masalah populasi badak sumatera di Indonesia sekarang sama dengan kondisi di Malaysia pada 20 tahun yang lalu, sepaerti :
§ Badak Sumatra punah di Malaysia baik di Peninsula awal tahun 2000-an dan Sabah (3 ekor tersisa di rhino Sanctuary di Tabin WR) 2014
§ Program konservasi utama adalah patroli, proteksi dan monitoring intensiv
§ Populasi terus menurun drastis sejak awal 1980 dan terbagi dibeberapa lokasi dengan populasi kecil
§ 200 kamera dipasang di Danum Valley pada tahun 2012, hanya 1 ekor tersisa yang ditangkap pada tahun 2014
§ Populasi badak Sumatra tersebar dalam populasi kecil < 15 ekor/ kantong habitat badak
§ Individu badak ♂ dan ♀ sulit bertemu untuk kawin karena jumlah kecil dan tersebar
§ Potensi perkawinan sedarah tinggi
§ Jumlah kelahiran sangat rendah
Gambar 3.
Gambar 4. Badak sumatera (Iman) terakhir yang ada di Danum Valley Malaysia 2014.
Menindaklanjuti diskusi pakar konservasi badak sumatera di Hotel Aston Priority Kebagusan Jakarta Selatan, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Ir. Timbul Batubara, M.Si yang juga turut hadir dalam acara Diskusi Pakar Konservasi Badak Sumatera tersebut mengumpulkan para mitra strategis Seperti YABI, WCS-IP, WWF-BBS, dan UNILA-PILI, membahas strategi dan langkah dalam menjawab tantangan keberlangsungan badak sumatera yang ada di TNBBS.
Gambar 5. Balai Besar TNBBS bersama mantra menyusun rencana aksi penyelamatan Badak sumatera di Ruang Rapat kantor Balai Besar TNBBS.
Diskusi Balai Besar TNBBS bersama mitra menghasilkan beberapa resume diskusi diantaranya :
1. Untuk mebuktikan bahwa populasi badak sumatera di TNBBS masih ada dan mendapatkan data populasi badak sumatera yang terbaru serta dapat dipertanggungjawabkan maka pada bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Maret 2017 akan dilakukan survey populasi badak sumatera secara komprehensif dengan dipasilitasi oleh anggaran TFCA Sumatera.
2. Berdasarkan hasil survey populasi badak sumatera periode Nopember 2015 – Juli 2016 diketahui bahwa metodologi Capture Mark Recapture (CMR) camera trap dinilai belum mendapatkN hasil yang maksimal untuk mengetahui populasi badak sumatera di Resort Balik Bukit dan Balai Kencana.
3. Pada bulan oktober – Desember 2016 akan dilakukan uji coba survey populasi badak dengan mempedomani buku panduan survey badak sumatera pada lokasi plot monitoring.
4. Penentuan lokasi plot monitoring badak sumatera akan memperhatikan beberapa hal diantaranya data hasil survey occupancy tahun 2013, data hasil monitoring yang dilakukan oleh YABI tahun 2016, data hasil SMART Patroli Tahun 2016 serta tesis yang berjudul “Prediksi Kehadiran Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan analisis Struktur Landskap Habitatnya di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan”.
5. Agar kegiatan survey populasi badak sumateralebih terencana sehingga mendapatkan hasil yang “reliable” maka perlu segera dibentuk tim kecil yang akan mendesain kegiatan survey, menentukan tim pelaksana survey, memfasilitasi pelaksanaan pelatihan bagi tim survey.
6. Tim kecil akan dibentuk pada bulan September 2016 yang beranggotakan terdiri dari Balai Besar TNBBS, dan mitra kerja (YABI, WCS-IP, dan WWF-BBS), sementara anggaran untuk pelaksanaan survey bulan Oktober – Desember 2016 akan difasilitasi oleh mitra WWF-BBS.
Gambar 6. Resume Diskusi Balai Besar TNBBS bersama Mitra Strategi tanggal 7 September 2016.
Selalu ada harapan selama ada usaha, semoga apa yang menjadi tujuan konservasi badak sumatera seperti apa yang disampaikan Direktur Jenderal KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr.Ir. Tachrir Pathoni, M.S.c bahwa 3 (tiga) tujuan konservasi Badak sumatera diharapkan bisa tercapai. yaitu:
1. Meningkatnya 30 % Badak sumatera di 3 (tiga) Site Badak sumatera yaitu Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuseur, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas.
2. Mengamankan habitat Badak sumatera untuk kelangsungan hidup yang merupakan ekosistem Badak sumatera diantaranya di Balai Besar Taman Nsional Gunung Leuseur, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Sebelat, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas dan Kalimantan.
3. Sukses mengamankan Badak suamtera di Sumatran Rhino Sentuary /Suaka Rhino Sumatera yang akan ditambah luasnya dari 100 Hektar menjadi 128 ha.
mamanrpu@gmail.com
SEKIAN TERIMAKASIH