BBTNBBS

Berita Terbaru

Berita dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

MENGENAL JENIS-JENIS BURUNG “NEAR THREATENED”   INTERIOR HUTAN DITAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

MENGENAL JENIS-JENIS BURUNG “NEAR THREATENED” INTERIOR HUTAN DITAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN

Pengantar

Terjadinyaperubahan tutupan hutan untuk perkebunan/perladangan maupun keberadaan jalan nasional yang memotong kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan(TNBBS) dapat menimbulkan efek tepi (edge effect).  Menurut Murcia (1995:98); Candido (1999;10); McCollin (2006:248) dalam Nuruliawati (2015), Efek tepi merupakan hasil interaksi antara dua ekosistem yang berdampingan yang terjadi karena adanya pemisahan antara kedua habitat tersebut oleh suatu kawasan transisi atau basa disebut dengan kawasan tepi.  Efek tepi memberikan terhadap respon terhadap hidupan liar salah satunya adalah respon terhadap burung.  Apalagi burung dikenal sensitif terhadap perubahan lingkungan yang menyebabkan burung dijadikan indikator lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul respon burung terhadap efek tepi di kawasan TNBBS yang dilakukan oleh Sdr. Nuruliawati (Mahasiswi Dept Biologi-FMIPA-UI) pada Agustus – September 2014, diketahui adanya komunitas burung yang memiliki komposisi berbeda di antara kawasan hutan, tepi hutan dan kebun masyarakat.   Kawasan tepididominasi oleh jenis frugivora dari suku Pycnonotidae sedangkan kawasaan hutan didominasi oleh jenis insektivora.  Sementara itu kawasan kebun didominasi oleh nektarivora, frugivora dan insektivora dari suku yang lebih beragam dibandingkan kawasan tepi dan kawasan hutan.

Mengenal burung – burung interior

Burung interior dikenal sebagai burung – burung yang berada di dalam kawasan hutan.  Spesialist interior merupakan kategori untuk jenis organisme yang cenderung menghindari kawasan tepi atau kawasan terfragmentasi (McCollin 2006 : 248 – 249 dalam Nuruliawati, 2015).  Jenis interior adalah spesies yang menempati tempat hanya atau terutama di tempat yang jauh dari perbatasan dengan gangguan (Forman dan Godron, 1986 dalam Anggraini, C.M.D, 2006).  Species ini akan menolak habitat tepi, mereka hanya akan terdapat pada bagian interior dari hutan atau habitat lain dan tidak akan terdapat dalam rumpang habitat yang kecil yang hanya mempunyai habitat interior kecil atau bahkan tidak ada sama sekali (Meffe dan Carol, 1994 dalam Anggraini,C.M.D, 2006).

          Berdasarkan hasil penelitian beberapa jenis burung interior yang berstatus hampir terancam (Near Threatened) penghuni kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah :

1.   Macronous ptilosus (Ciung air pongpong / Burung rimbang pongpong)

Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna gelap, suka mengendap-endap. Bulu coklat merah, topi coklat berangan, tenggorokan hitam, lingkar mata dan kekang biru mencolok. Bulu pada punggung panjang dan bertangkai pucat, sulit terlihat di lapangan. Iris coklat merah, paruh dan kaki kehitaman.

Suara: Teriak keras yang sesak, bentuk “cer-cer-cer-cerang” yang meninggu pada nada terakhir, dan nyanyi dempang rendah: “pup-pup pup pup pup”.

Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.

Penyebaran local dan status: Di Sumatera (termasuk pulau-pulau di sekitarnya) dan Kalimantan, umum terdapat di hutan dataran rendah sampai ketinggian 700 m.

Kebiasaan: Hidup dalam kelompok kecil pada lapisan bawah hutan yang lebat dan pinggir hutan, umumnya di lembah sungai kecil yang lembab. Mudah terpancing oleh suara “pstt”.

2.   Argusianus argus (Kuau Raja)

Deskripsi: Berukuran sangat besar. Jantan (120 cm): bulu sekunder dan bulu tengah ekor sangat panjang. Bulu sayap dihiasi dengan bintik besar berbentuk mata. Bulu utama umumnya coklat karat dengan bintik kuning kebo dan hitam yang berpola rumit. Tubuh bagian bawah merah karat lebih gelap. Betina: lebih kecil (60 cm), ekor dan bulu sayap lebih pendek, berwarna lebih gelap, tidak ada bintik mata seperti jantan. Keduanya: kulit gundul pada kepala dan leher yang biru, jambul pendek gelap. Iris merah coklat, paruh kuning, kaki merah.

Suara: Jantan: meledak-ledak, dengan nada ganda nyaring “ku-wau”, sering merupakan sahutan terhadap pohon runtuh, suara petir, atau suara jantan lainnya. Suara lain pada kedua jenis kelamin: seri nada “wau”, dua puluh kali atau lebih, sangat jelas dengan nada sama, mulai dengan nada “wau” yang turun, berangsur-angsur menjadi nada “wau” yang naik.

Penyebaran global: Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.

Penyebaran local dan status: Di Sumatera dan Kalimantan, umum ditemukan di hutan primer 1.200 m. sekarang mulai jarang (hilang di tempat tertentu) karena dijaring dan kerusakan habitat. Catatan terlihatnya Kuau jambul Rheinartia orellata di Sumatera kemungkinan merupakan salah dientifikasi dengan jenis ini.

Kebiasaan: Di lantai hutan, jantan mengigal berupa lingkaran, tempat dibuangnya semua daun, anak pohon, dan batu. Bersuara dari tempat mengigal ini pada pagi hari. Dengan gaya merak, memperagakan sayap dan ekor betina yang berkunjung. Tidur di atas pohon pada malam hari. Kadang-kadang berisitrahat dan memanggil dari atas pohon pada siang hari.

Catatan: Kuau garis-ganda A. bipunctatus diketahui dari satu helai bulu primer jantan. Dulu diperkirakan berasal dari Jawa walaupun ada beberapa alsan untuk menduga bahwa burung ini berasal dari P.Tioman, lepas pantai timur Malaysia.

3.   Eurylaimus ochromalus(Sempur Hujan Datar)

Deskripsi: Berukuran kecil (15 cm), berwarna-warni. Paruh biru, kepala hitam, ada bintik putih khas. Tubuh bagian atas umumnya hitam, tungging kuning, sayap burik,kuning pada tunggir, terdapat pita hitam melintang pada dada atas (sebagian pada betina), paha hitam. Remaja: berwarna lebih suram, dahi kuning. Iris kuning paruh kebiruan, kaki merah jambu.

Suara: Sangat mencolok dan sering terdengar. Suara sangat mirip Sempur-hujan rimba, berupa deretan nada monoton selama kira-kira tujuh detik, tetapi tanpa siulan pendahuluan atau nada akhir yang perlahan menghilang. Suara lainnya yaitu sorak tinggi yang memelas.

Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.

Penyebaran local dan status: Biasa terdapat di hutan primer dan hutan sekunder sampai ketinggian 900 m di Sumatera (termasuk kepulauan di sekitarnya) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna).

Kebiasaan: Memburu serangga dari ternggerana rendah di hutan. Berdiam pada tajuk bawah dan tajuk tengah.

4.   Megalaima mystachophanos (Takur Warna Warni)

Deskripsi: Berukuran sedang (23 cm), berwarna hijau dengan kepala berhiaskan warna merah, kuning, biru, dan hitam. Berbeda dengan takur lain, jantan: dahi kuning, tenggorokan merah, betina: kekang dan mahkota bagian belakang merah, tanpa warna hitam pada kepala. Remaja: seperti betina, tetapi berwarna lebih suram. Iris coklat, paruh hitam, kaki abu-abu.

Suara: Serangkaian nada tidak tetap: “tok” dalam satu sampai empat nada, satu kali per detik. Juga getaran bernada tinggi yang memendek ketika diulang.

Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Kep. Tuna, Sumatera, dan Kalimantan.

Penyebaran local dan Status: Umum di hutan dataran rendah di bawah ketinggian 800 m, lebih jarang di hutan rawa dan hutan gambut.

Kebiasaan: Hidup pada tajuk atas dan tajuk tengah, menyukai hutan primer dan hutan bekas tebangan yang tinggi.

5.   Meiglyptes tukki(Caladi badok)

Deskripsi: Berukuran agak kecil (21 cm), berwarna coklat tua dengan bercak kuning tua lebar dank has pada leher dan garis kekuningtuaan pada punggung. Jantan dewasa: setrip malar merah, ada garis kehitaman pada tenggorokan. Burung muda: seperti dewasa, tetapi dengan garis kuning tua yang lebih tebal. Iris merah padam, paruh kehitaman, kaki hijau keabu-abuan.

Suara: Suara berputar: “kirr-r-r”, dengungan keras bernada tinggi, dan suara bergenderang keras.

Penyebaran global: Semenanjung Malaysia, Sumatera (termasuk pulau-pulau di lepas pantai), Natun utara, Bangka, dan Kalimantan.

Penyebaran local dan status: Umum terdapat di hutan primer dan hutan sekunder di bawah ketinggian 1.000 m.

Kebiasaan: Menyukai lapisan tengah dan bawah di hutan. Kadang-kadang bergabung dengan kelompok burung campuran lain.

6.   Oriolus xanthonotus (Kepudang Hutan)

Deskripsi
Sedang (18 cm), berwarna hitam dan kuning. Kepala, leher, dan kerongkongan burung jantan berwarna hitam. Dada keputih-putihan, dengan burik hitam, membedakannya dari Kepudang kuduk-hitam. Bulu terbang hitam; dan bagian lain kuning terang. Bagian atas burung betina dan burung remaja berwarna kehijauan, tungging kuning, dan bagian bawah sisinya putih dengan burik hitam tebal.Iris merah; paruh merah jambu; kaki hitam.

Suara
Siulan berdering panjang, berulang, dan menurun “pii-fiiuuu” beralun “ti-ti-lu-i“, dan suara pekikan. Kicauannya lebih lemah dan kurang melodius dibandingkan dengan kicauan Kepudang kuduk-hitam.

Berukuran agak kecil (18 cm), berwarna hitam dan kuning. Jantan: kepala, leher dan kerongkongan hitam. Bulu terbang hitam. Dada keputih-putihan dengan burik hitam. Bagian lain kuning terang. Betina dan burung remaja: tubuh bagian atas kehjauan, tungging kuning, tubuh bagian bawah siasanya putih dengan burik hitam tebal.Iris merah, paruh merah jambu kaki hitam.

Terdapat di Filipina, Semenanjung Malaysia dan Sunda Besar. Di Bali tidak tercatat.

7.    Rhinoplax vigil (Rangkong Papan)

Deskripsi

Burung enggang gading disebut demikian karena di antara ekornya yang panjang terselip semacam dua tangkai gading dengan panjang sekitar 50 sentimeter. Buceros vigil, demikian nama Latin burung berukuran besar ini. Enggang gading memang termasuk raksasanya burung yang bisa terbang. Dalam identifikasi ukuran, rata-rata panjang tubuhnya antara 60 – 160 cm, ditambah dengan ekor 50 sentimeter Walau besar, enggang punya bobot tubuh yang ringan antara 100 gram – 8 kg. Umumnya burung jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dari burung betina. Jenis kelamin Enggang yang telah dewasa dapat diketahui berdasarkan perbedaan warna balung atau cula, warna sayap, paruh dan mata. burung ini cukup menarik perhatian para kolektor burung unik.

Diantara enggang/burung rangkong, enggang gading adalah yang terbesar ukurannya, kepalanya dan paruhnya besar, tebal dan kokoh dengan tanduk yang menutup bagian dahinya. Orang mancanegara menyebutnya ”helmeted hornbill’ atau ”ivory hornbill” karena memang kekhasannya adalah bagian atas kepalanya yang dilingkupi kulit mirip helm. ”Helm” ini berwarna merah menyala sampai ke bagian leher, menyerupai jengger ayam. Pola warna bulu-bulunya biasanya varian hitam dan coklat tua ( Bulu berwarna coklat, hitam, putih, atau hitam dan putih). Itu pun masih dihias pola lurik atau garis putih, kuning, atau krem pada bulu di area tubuh bawah, sayap, dan ekor. Enggang betina memiliki warna bulu lebih unik lagi, yakni biru sampai biru pucat.
Paruh berwarna merah atau kuning, sangat besar dan melengkung dan sebagian besar burung ini mempunyai cula. Kulit dan bulu di sekitar tenggorokan berwarna terang. Sayap kuat, ekor panjang, kaki pendek, jari-jari kaki besar dan S indaktil (Departemen Kehutanan, 1993).

Secara morfologi, burung Enggang Gading khas Kalbar jauh lebih cantik dan indah ketimbang Enggang di region lain bumi Kalimantan. Ekor Enggang Gading panjang dan berwarna hitam-putih. Cula atau tanduk di kepala Enggang Gading juga lebih kecil sehingga tidak “besar pasak dari pada tiang”. Artinya proporsional. (Sinarharapan. 2002)

Makanan, prilaku dan suara

Enggang gading bukanlah burung “vegetarian” (herbivora). Ia suka menyantap berbagai menu. Dalam daftar makanan hariannya terdiri dari aneka buah (terutama buah beringin/ara dan palem), serangga, reptil dan burung kecil bahkan tupai.

Walau bukan pemburu jempolan, Enggang cukup mahir mengejar mangsanya. Buah memang favorit, namun daging ular, kadal, bahkan hewan pengerat akan dilahap . Ada satu yang unik dalam “pertempuran” Enggang gading dengan ular. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa saat memangsa ular berbisa, Enggang cukup hati-hati. Kemampuan memangsa ini dikembangkannya menjadi teknik makan yang unik. Saat mematuk ular berbisa, ia menempatkan kepala ular di dekat ujug paruhnya. Ini untuk menjauhkan patukan ular ke kepala atau bagian tubuh lainnya. Setelah menempatkan mangsa sedemikian rupa, ia akan mulai melakukan putaran paruh agar bagian atas ular berada di bawah (terbalik). Lantas dengan perhitungan dan kehati-hatian, ia mematuki kepala dan tubuh ular sampai hancur dan daging segar pun segera dilahap.

Perilaku Unik

Enggang Gading suka bersarang di lubang-lubang pohon besar. Namun berbeda dengan kebanyakan burung lainnya, dalam masa mengerami, betina akan mengurung diri selama masa mengerami dan jantan akan setia melayani istrinya, karena enggang dikenal sebagai burung yang setia pada pasangan (monogami).
Saat musim bertelur, betina akan bertelur di lubang-lubang pohon sebagai sarang. Biasanya ia akan menempatkan 1 – 5 telur dalam satu kali musim bertelur. Setelah semua telur ditempatkan sedemikian rupa, maka betina akan menutup lubang pohon dengan lumpur dan meterial lain. Ia kemudian mengurung diri di lubang gelap yang sempit sambil mengerami telurnya. Jantan akan membantu menutup lubang dengan membiarkan sedikit celah sempit. Celah ini digunakan jantan untuk menyuplai makanan bagi betinanya.

Pada beberapa spesiesnya, “beton” penutup lubang akan dibiarkan tertutup selama 100 hari (± 3 bulan). Setelah masa mengerami selesai dan anakan enggang telah lahir, betina bersama bayi-bayinya akan memecah tembok pelindung itu dan terbang keluar.
Karena sistem perlindungan seperti ini, sarang-sarang Enggang cenderung terlindungi dari kemungkinan serangan predator dan hewan “pemburu” telur.

Suara

Suara enggang gading cukup keras/lantang dan bergema jauh saat musim kawin tiba. Mereka juga senang berkomunikasi antar satu kelompok dengan kelompok lain dari habitat yang berbeda dengan mengeluarkan suara melengking tinggi. A series of identical, loud, hollow took notes, gaining in speed before drawing to an amazing climax of maniacal laughter, tee poop notes. (Forestry, Sarawak, Goverment. 2008)

Habitat
Burung enggang gading menyukai habitat hutan yang lebat dengan banyak pohon buah-buahan. Burung enggang gading bertengger di pohon yang tinggi ( upper canopy) dengan ketinggian ±1500 mdl. Burung enggang juga dapat hidup rukun dengan primata di sebuah pohon yang berbuah. (Forestry, Sarawak, Goverment. 2008)

Persebaran
Burung Enggang Gading persebarannya di hutan hujan tropis di Kalimantan dan Sumatra serta Malaya Peninsula. (Forestry, Sarawak, Goverment. 2008).

Ancaman kelestarian burung – burung interior

Kelestarian burung interior di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan diakibatkan oleh dua hal yakni berkurangnya habitat dan perburuan.  Perubahan tutupan hutan di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang utamanya akibat perkebunan kopi berdampak pada hilangnya jenis-jenis burung interior hutan sepertikuau, luntur, pergam, sempur dan jenis-jenis lain interior lainnya.  Selain hilangnya habitat, kelestarian burung interior khususnya rangkong diakibatkan oleh perburuan.   Perburuan rangkong di TNBBS berdasarkan hasil keterangan petugas yang melakukan patroli terjadi pada beberapa lokasi.  Perburuan rangkong maupun tanda-tanda perburuan diketahui terjadi di daerahSukaraja, Suoh dan Makakau.  Padahal burung rangkong dikenal sebagai petani hutan yang artinya membantu proses regenerasi hutan melalui biji-biji tumbuhan yang dimakan dan biji yang tidak hancur dikeluarkan kembali melalui kotorannya.

Actions: E-mail | Permalink |

Post Rating